Laskar89, juga dikenal sebagai Tentara Cyber Indonesia, baru-baru ini menjadi berita utama karena taktik dan aktivitasnya yang kontroversial. Kelompok yang terdiri dari sekelompok peretas dan aktivis anonim ini dikenal karena perang sibernya terhadap lembaga dan organisasi pemerintah yang dianggap korup atau menindas.
Didirikan pada tahun 2014, Laskar89 dengan cepat menjadi terkenal di komunitas online Indonesia, mendapatkan banyak pendukung yang percaya pada misinya untuk melawan korupsi pemerintah dan ketidakadilan sosial. Anggota kelompok ini berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari pemrogram komputer hingga aktivis sosial, semuanya bersatu dalam keinginan mereka untuk membawa perubahan melalui aktivisme online.
Salah satu kampanye Laskar89 yang paling terkenal adalah serangannya terhadap situs resmi pemerintah Indonesia pada tahun 2015, yang menutup sementara situs tersebut dan menyebabkan kepanikan yang meluas di kalangan pejabat. Kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, dengan menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan pembalasan atas tindakan keras pemerintah terhadap perbedaan pendapat politik dan kebebasan berpendapat.
Sejak itu, Laskar89 terus menyasar institusi dan pejabat pemerintah, sering kali membocorkan informasi dan dokumen sensitif untuk mengungkap korupsi dan pelanggaran. Kelompok ini juga terlibat dalam spionase dunia maya, meretas akun email pejabat pemerintah dan membocorkan komunikasi pribadi mereka ke publik.
Namun, taktik Laskar89 bukannya tanpa kontroversi. Kritikus menuduh kelompok tersebut terlibat dalam kegiatan ilegal dan melanggar hak privasi individu, sementara yang lain menyuarakan keprihatinan tentang kurangnya transparansi dan akuntabilitas kelompok tersebut.
Terlepas dari kritik tersebut, Laskar89 tetap menjadi kekuatan yang kuat dalam komunitas online di Indonesia, dengan semakin banyak pendukung yang melihat kelompok ini sebagai agen perubahan yang diperlukan di negara yang dilanda korupsi dan kesenjangan sosial. Aktivitas kelompok ini telah memicu perdebatan nasional mengenai peran aktivisme online dalam masyarakat modern, dengan beberapa pihak berpendapat bahwa kelompok seperti Laskar89 adalah lembaga yang diperlukan untuk mengawasi kekuasaan pemerintah, sementara kelompok lain memperingatkan bahaya main hakim sendiri dan aturan massa.
Ketika Laskar89 terus beroperasi dalam bayang-bayang dunia online di Indonesia, masih harus dilihat apa dampak yang akan ditimbulkan oleh kelompok ini terhadap lanskap politik negara. Namun ada satu hal yang pasti – kebangkitan Laskar89 telah menyoroti semakin besarnya kekuatan aktivisme online dalam membentuk opini publik dan membuat mereka yang berkuasa bertanggung jawab atas tindakan mereka.